Peneliti Saiful Mujani & Research Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad menilai, elektabilitas Ganjar Pranowo menguat selama 5 bulan terakhir. Sementara Anies Baswedan justru melemah.
“Berdasarkan data dari pelbagai lembaga survei, dalam 5 bulan terakhir, sejak Oktober, terjadi penguatan dukungan pada Ganjar Pranowo, sementara Anies Baswedan mengalami pelemahan. Jika dilihat dari kesenderungan pemilih sekarang, peluang Ganjar masih lebih besar dibanding Anies,” kata Saidiman saat dihubungi merdeka.com, Selasa (28/2/2023).
Saidiman menuturkan, jika dilihat dari sebaran demografi, suara Ganjar kuat di Jawa Tengah dan Timur. Sementara Anies lemah di dua wilayah itu.
Namun, bila Anies menggandeng Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, kemungkinan bisa sedikit memperkuat dukungannya dari wilayah basis Nahdatul Ulama seperti Jawa Timur.
“Tapi saya kira pengaruhnya akan terbatas. Sebab selama ini, pemilih, termasuk pemilih NU, cenderung melihat sosok calon presiden, bukan wakil presiden,” kata dia.
Hal ini terlihat dalam beberapa kali pilpres, cukup banyak tokoh NU yang maju sebagai calon wakil presiden, tapi tidak maksimal menarik massa pendukung NU.
Sementara peluang menang Ganjar-Erick lebih besar jika dihadapkan dengan Anies-Khofifah. Bagi Saidiman, pasangan Ganjar-Erick cukup menjanjikan. Mereka bisa saling melengkapi, dimana Ganjar sebagai figur solidarity maker dan Erick mewakili figur profesional.
“Jika tersosialisasikan dengan baik, pasangan ini potensial mendapatkan dukungan yang luas karena memenuhi ekspektasi umumnya pemilih yang menginginkan sosok yang memiliki karakter merakyat dan memiliki integritas,” pungkasnya.
PAN Ingin Dorong Narasi Ganjar-Erick untuk Pilpres 2024
Direktur Eksekutif lembaga Politika Research and Consulting (PRC) Rio Prayogo mengatakan strategi Partai Amanat Nasional (PAN) menggelar Rakornas di Jawa Tengah (Jateng) bukan hanya untuk sekedar mengembalikan elektabilitas.
Dia menilai PAN ingin menguatkan narasi dukungan kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri BUMN Erick Thohir yang juga hadir dalam rakornas tersebut.
“Upaya kedua yakni dengan mendorong narasi GP (Ganjar Pranowo) dan ET (Erick Thohir), yang sering juga disebut-sebut oleh (Presiden) Jokowi di banyak tempat sebagai penerusnya,” kata Rio dikutip dari siaran persnya, Selasa (28/2/2023).
Dalam Rakornas itu, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan sempat menyebut Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebagai ‘Panglima Tertinggi’. Rio menyebut hal itu merupakan langkah PAN untuk mengembalikan perolehan 8 suara atau kursi pada Pemilu 2014, yang sempat hilang seluruhnya pada Pemilu 2019.
“PAN berusaha membuat momentum agar kembali mendapat kursi DPR RI di Jawa Tengah yg di 2019 kehilangan 8 kursi yg dimiliki dalam pemilu 2014. Caranya dengan memposisikan Jokowi sebagai Panglima. Ya itu semacam memohon pertolongan ke Jokowi lah,” jelasnya.
Kendati begitu, Rio merasa bahwa PAN terbilang lebih maju dibandingkan PPP dan Partai Golkar, yang sama-sama tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Sebab, PAN sudah berani menyebutkan pasangan capres/cawapres.
“Lantas bagaimana dinamika internal KIB ke depan? Ya kita lihat dalam waktu dekat ini, kalau tidak ada reaksi berarti Proposal GP-ET oleh PAN sudah dikoordinasikan dgn Golkar dan PPP. Jangan jangan mereka juga tahu dan setuju. Dalam politik tidak ada yg salah, cuma kurang etis kalau tidak melibatkan KIB,” tutur Rio.
Sumber : https://www.liputan6.com/pemilu/read/5219803/smrc-peluang-ganjar-erick-menang-di-pilpres-2024-lebih-besar-dibanding-anies-khofifah